
Banyak orang mungkin bertanya-tanya, mengapa desa lebih sering terdampak bencana alam dibandingkan kota? Padahal, secara geografis, desa cenderung memiliki lingkungan yang lebih alami dan jauh dari padatnya gedung-gedung tinggi. Namun, kenyataannya, berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, hingga kekeringan justru lebih sering melanda daerah pedesaan. Apa penyebabnya?
1. Infrastruktur yang Masih Terbatas
Salah satu alasan utama adalah kurangnya infrastruktur yang memadai. Banyak desa belum memiliki sistem drainase yang baik, sehingga saat hujan deras, air lebih mudah menggenang dan menyebabkan banjir. Selain itu, jalan-jalan desa yang sebagian besar belum diaspal membuat akses bantuan saat terjadi bencana menjadi lebih sulit.
2. Letak Geografis yang Rawan
Sebagian besar desa berada di daerah yang dekat dengan hutan, perbukitan, atau sungai, yang membuatnya lebih rentan terhadap bencana seperti tanah longsor dan banjir bandang. Selain itu, desa-desa pesisir juga menghadapi ancaman abrasi dan naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim.
3. Ketergantungan pada Alam yang Tinggi
Masyarakat desa sebagian besar menggantungkan hidup dari pertanian, perkebunan, dan perikanan. Ketika bencana terjadi, seperti kekeringan atau badai besar, dampaknya langsung terasa pada hasil panen dan perekonomian warga. Berbeda dengan kota yang memiliki lebih banyak sektor industri dan jasa, desa memiliki sumber pendapatan yang lebih terbatas.
4. Minimnya Akses terhadap Teknologi dan Informasi
Sistem peringatan dini di desa masih sangat terbatas. Kurangnya akses terhadap informasi cuaca dan mitigasi bencana membuat banyak warga tidak memiliki persiapan yang cukup saat bencana datang. Hal ini menyebabkan desa lebih sulit untuk melakukan tindakan pencegahan dibandingkan dengan kota yang memiliki teknologi pemantauan yang lebih canggih.
Baca juga: Tentang Nara