Di era digital seperti sekarang, teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk di pedesaan. Namun, muncul pertanyaan: apakah semua warga desa benar-benar perlu menguasai teknologi? Jawabannya tidak sesederhana “ya” atau “tidak”. Sebab, meskipun teknologi membawa banyak manfaat, tidak semua orang memiliki kebutuhan yang sama terhadapnya.
Bagi mereka yang berprofesi sebagai petani, pedagang, atau pengrajin, menguasai teknologi bisa menjadi keuntungan besar. Dengan teknologi, mereka dapat memasarkan produk melalui marketplace, mendapatkan informasi harga pasar terbaru, hingga mengakses pelatihan online untuk meningkatkan keterampilan mereka. Bahkan, aplikasi pertanian kini memungkinkan petani mendapatkan prediksi cuaca dan rekomendasi perawatan tanaman secara lebih akurat.
Namun, di sisi lain, tidak semua warga desa merasa perlu atau siap menggunakan teknologi. Beberapa orang, terutama yang sudah lanjut usia, mungkin masih nyaman dengan cara-cara tradisional. Selain itu, keterbatasan akses internet dan kurangnya pemahaman tentang teknologi juga menjadi tantangan tersendiri. Maka dari itu, pendekatan yang lebih inklusif, seperti pelatihan digital bagi warga desa, bisa menjadi solusi agar mereka tidak tertinggal dalam perkembangan zaman.
Yang lebih penting adalah bagaimana teknologi bisa memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Tidak semua warga desa harus menjadi ahli digital, tetapi memiliki pemahaman dasar tentang teknologi bisa membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menggunakan WhatsApp untuk komunikasi, dompet digital untuk transaksi, atau aplikasi administrasi desa untuk mengurus dokumen secara online.
Jadi, apakah semua warga desa perlu menguasai teknologi? Jawabannya bergantung pada kebutuhan dan manfaat yang mereka rasakan. Yang jelas, teknologi bukan sekadar tren, tetapi alat yang bisa membantu meningkatkan kualitas hidup. Dengan pendekatan yang tepat, digitalisasi di desa bisa berjalan lebih inklusif dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh warganya.
Baca juga: Tentang Nara