
Di era digital, sistem pembayaran non-tunai semakin diminati, termasuk di desa. Dengan adanya sistem pembayaran digital, transaksi antarwarga dan pelaku usaha desa bisa lebih praktis, aman, dan transparan. Tapi, bagaimana cara membangun sistem pembayaran digital untuk transaksi desa? Simak tutorialnya berikut ini!
1. Pilih Platform Pembayaran yang Tepat
Langkah pertama adalah memilih platform pembayaran digital yang sesuai dengan kebutuhan desa. Beberapa pilihan yang populer di Indonesia adalah QRIS, dompet digital seperti Dana dan OVO, serta transfer bank online. Pastikan platform yang dipilih mudah digunakan oleh warga dan memiliki biaya transaksi yang rendah.
2. Siapkan Rekening atau Akun Bisnis Digital
Setelah memilih platform, buat akun bisnis atau rekening khusus untuk transaksi desa. Jika menggunakan QRIS, misalnya, kepala desa atau koperasi bisa mendaftarkan rekening desa ke penyedia layanan QRIS seperti Bank Indonesia atau fintech resmi. Dengan ini, warga bisa melakukan pembayaran cukup dengan memindai kode QR menggunakan smartphone.
3. Sosialisasikan dan Latih Warga
Tidak semua warga desa terbiasa dengan transaksi digital, jadi perlu dilakukan sosialisasi. Adakan pelatihan sederhana tentang cara menggunakan dompet digital, melakukan transfer, dan membaca kode QR. Gunakan pendekatan yang ramah dan mudah dipahami agar warga tidak merasa kesulitan.
4. Terapkan Secara Bertahap dan Evaluasi
Mulailah menerapkan sistem pembayaran digital secara bertahap, misalnya untuk pembayaran iuran desa, pembelian produk UMKM, atau transaksi di warung setempat. Lakukan evaluasi secara berkala untuk melihat kendala yang dihadapi warga dan cari solusinya agar sistem bisa berjalan lebih lancar.
Baca juga: Tentang Nara