Digitalisasi semakin berkembang pesat dan membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah digitalisasi mampu mengurangi kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan? Jawabannya tidak sesederhana “iya” atau “tidak”, karena ada banyak faktor yang memengaruhi dampaknya.
Di satu sisi, digitalisasi membuka peluang besar bagi daerah terpencil. Akses internet memungkinkan masyarakat desa untuk mendapatkan informasi, pendidikan, dan layanan kesehatan secara lebih mudah. Selain itu, bisnis lokal kini bisa memanfaatkan e-commerce untuk menjual produk mereka ke pasar yang lebih luas, tanpa harus bergantung pada toko fisik. Dengan demikian, digitalisasi berpotensi mengurangi ketimpangan ekonomi antara kota dan desa.
Namun, tantangan tetap ada. Infrastruktur internet yang belum merata menjadi hambatan utama. Masih banyak daerah yang belum memiliki akses internet stabil, sehingga manfaat digitalisasi belum bisa dirasakan secara maksimal. Selain itu, literasi digital juga menjadi kendala. Tidak semua masyarakat desa memiliki keterampilan yang cukup untuk memanfaatkan teknologi secara optimal.
Untuk benar-benar mengurangi kesenjangan wilayah, digitalisasi harus didukung dengan kebijakan yang tepat. Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam menyediakan infrastruktur digital yang merata. Selain itu, edukasi teknologi bagi masyarakat desa juga harus ditingkatkan agar mereka bisa memanfaatkan internet secara produktif.
Kesimpulannya, digitalisasi memiliki potensi besar dalam mengurangi kesenjangan wilayah, tetapi masih ada tantangan yang perlu diatasi. Dengan akses internet yang lebih merata dan peningkatan literasi digital, kesenjangan antara kota dan desa bisa semakin diperkecil. Digitalisasi bukan sekadar tren, tetapi sebuah langkah menuju pemerataan pembangunan di Indonesia.
Baca juga: Tentang Nara